Jumat, 06 Februari 2015

TORAJA

Jadi orang toraja itu menyenangkan..kadang aku berpikir menjadi seorang yang punya banyak akal untuk memperkenalkan torajaku ini ke orang-orang diluar sana.Biar mereka tau bagaimana indahnya Torajaku

Kamis, 16 Oktober 2014

Cerita Sedih Tentang Perjuangan Ayah

Di usianya yang sudah senja ayahku tetap mencari nafkah untuk anak-anaknya. jam kerja ayah tidak seperti yang lain. disaat yang lain tertidur pulas, ayahku berangkat bekerja tengah malam dengan sepeda tua yang setia mengantarnya. ya, ayahku seorang cleaning service disebuah terminal ibu kota. setiap tengah malam sebelum bus-bus akan diberangkatkan, ayahku mencuci bus-bus itu hingga bersih. setiap malam ayahku membersihkan hampir puluhan bus, dengan upah yang sangat kecil, yaitu hanya 10 ribu rupiah/bus. sungguh harga yang tak pantas untuk sebuah pekerjaan yang cukup keras. Namun ayahku ikhlas menjalani profesi itu demi seorang istri dan lima anak-anaknya. Hatiku selalu menangis jika melihat ayah sedang bekerja, badannya yang sudah tua renta harus mengerjakan semua itu dengan tenaganya yang sudah rapuh. Maafkan aku ayah, anakmu ini belum bisa membantumu untuk mencari nafkah. Aku hanya bisa berdoa semoga kelak aku bisa membahagiakanmu, agar kelak kau bisa menikmati hari tuamu dengan indah. Sehabis pulang kerja aku selalu melihat ayah memijat-mijat sendiri kakinya, Aku tahu dia sangat kelelahan. Aku juga melihat dikakinya timbul penyakit kulit seperti kutu air. akupun menangis lagi kalau melihat kejadian itu. Aku ingin cepat besar agar aku bisa membantu ayah. Kini, Ayah sudah jarang berangkat bekerja. karena kondisinya yang sering sakit-sakitan membuatnya harus sering beristirahat dirumah. Aku sebagai anak yang tertua harus memikirkan nasib keluarga kami, aku berpikir keras bagaimana cara mendapatkan uang, sedangkan sekolahku saja belum selesai. didalam kebingungan yang terus menghantuiku, seorang teman mengajakku untuk berdagang menjual kantong di pasar. walaupun untungnya kecil tapi dengan menggeluti usaha ini aku bisa meringankan beban ayah sebagai tulang punggung keluarga. Ayah, Semangatmu adalah hidupku. keringatmu adalah nafasku, Aku hidup karena pundakmu. Aku bernafas karena cintamu Perjuanganmu saat ini Adalah semangatku saat nanti Keringatmu saat ini untuk senyumku hingga nanti Ayah, Maafkan aku yang belum bisa membahagiakanmu. 

Sumber : http://kisahdanceritakuu.blogspot.com/2013/10/cerita-sedih-tentang-perjuangan-ayah.html
Di Mohon untuk sobat yang copy paste pada artikel ini untuk mencantumkan link sumber pada blog ini,thanks!!..

Izinkan Aku Menciumu Ibu

Sewaktu masih kecil, aku sering merasa dijadikan pembantu olehnya. Ia selalu menyuruhku mengerjakan tugas-tugas seperti menyapu lantai dan mengepelnya setiap pagi dan sore. Setiap hari, aku ‘dipaksa’ membantunya memasak di pagi buta sebelum ayah dan adik-adikku bangun.
Bahkan sepulang sekolah, ia tak mengizinkanku bermain sebelum semua pekerjaan rumah dibereskan. Sehabis makan, aku pun harus mencucinya sendiri juga piring bekas masak dan makan yang lain. Tidak jarang aku merasa kesal dengan semua beban yang diberikannya hingga setiap kali mengerjakannya aku selalu bersungut-sungut.
Kini, setelah dewasa aku mengerti kenapa dulu engkau melakukan itu semua. Karena aku juga akan menjadi seorang istri dari suamiku, ibu dari anak-anakku yang tidak akan pernah lepas dari semua pekerjaan masa kecilku dulu. Terima kasih ibu, karena engkau aku menjadi istri yang baik dari suamiku dan ibu yang dibanggakan oleh anak-anakku.
Saat pertama kali aku masuk sekolah di Taman Kanak-Kanak, ia yang mengantarku hingga masuk ke dalam kelas. Dengan sabar pula ia menunggu. Sesekali kulihat dari jendela kelas, ia masih duduk di seberang sana. Aku tak peduli dengan setumpuk pekerjaannya di rumah, dengan rasa kantuk yang menderanya, atau terik, atau hujan. Juga rasa jenuh dan bosannya menunggu. Yang penting aku senang ia menungguiku sampai bel berbunyi.
Kini, setelah aku besar, aku malah sering meninggalkannya, bermain bersama teman-teman, bepergian. Tak pernah aku menungguinya ketika ia sakit, ketika ia membutuhkan pertolonganku disaat tubuhnya melemah. Saat aku menjadi orang dewasa, aku meninggalkannya karena tuntutan rumah tangga.
Di usiaku yang menanjak remaja, aku sering merasa malu berjalan bersamanya. Pakaian dan dandanannya yang kuanggap kuno jelas tak serasi dengan penampilanku yang trendi. Bahkan seringkali aku sengaja mendahuluinya berjalan satu-dua meter didepannya agar orang tak menyangka aku sedang bersamanya.
Padahal menurut cerita orang, sejak aku kecil ibu memang tak pernah memikirkan penampilannya, ia tak pernah membeli pakaian baru, apalagi perhiasan. Ia sisihkan semua untuk membelikanku pakaian yang bagus-bagus agar aku terlihat cantik, ia pakaikan juga perhiasan di tubuhku dari sisa uang belanja bulanannya.
Padahal juga aku tahu, ia yang dengan penuh kesabaran, kelembutan dan kasih sayang mengajariku berjalan. Ia mengangkat tubuhku ketika aku terjatuh, membasuh luka di kaki dan mendekapku erat-erat saat aku menangis.
Selepas SMA, ketika aku mulai memasuki dunia baruku di perguruan tinggi. Aku semakin merasa jauh berbeda dengannya. Aku yang pintar, cerdas dan berwawasan seringkali menganggap ibu sebagai orang bodoh, tak berwawasan hingga tak mengerti apa-apa. Hingga kemudian komunikasi yang berlangsung antara aku dengannya hanya sebatas permintaan uang kuliah dan segala tuntutan keperluan kampus lainnya.
Usai wisuda sarjana, baru aku mengerti, ibu yang kuanggap bodoh, tak berwawasan dan tak mengerti apa-apa itu telah melahirkan anak cerdas yang mampu meraih gelar sarjananya. Meski Ibu bukan orang berpendidikan, tapi do’a di setiap sujudnya, pengorbanan dan cintanya jauh melebihi apa yang sudah kuraih. Tanpamu Ibu, aku tak akan pernah menjadi aku yang sekarang.
Pada hari pernikahanku, ia menggandengku menuju pelaminan. Ia tunjukkan bagaimana meneguhkan hati, memantapkan langkah menuju dunia baru itu. Sesaat kupandang senyumnya begitu menyejukkan, jauh lebih indah dari keindahan senyum suamiku. Usai akad nikah, ia langsung menciumku saat aku bersimpuh di kakinya. Saat itulah aku menyadari, ia juga yang pertama kali memberikan kecupan hangatnya ketika aku terlahir ke dunia ini.
Kini setelah aku sibuk dengan urusan rumah tanggaku, aku tak pernah lagi menjenguknya atau menanyai kabarnya. Aku sangat ingin menjadi istri yang shaleh dan taat kepada suamiku hingga tak jarang aku membunuh kerinduanku pada Ibu.
Sungguh, kini setelah aku mempunyai anak, aku baru tahu bahwa segala kiriman uangku setiap bulan untuknya tak lebih berarti dibanding kehadiranku untukmu. Aku akan datang dan menciummu Ibu, meski tak sehangat cinta dan kasihmu kepadaku.
Ya Allah ampunilah aku dan kedua Orangtuaku, dan sayangilah mereka sebagaimana meeka menyayangi aku sewaktu aku masih anak anak

Pentasan desa planjan Kebun pinus

Selamat berjumpa kawan, kali ini ane bahas sedikit tentang hutan pinus di jalan pentasan desa palanjan,, yang terletak wangon purwokerto jawa tengah
kisah nyata
hutan pinus adalah popularitas di setap pegunungan,supaya mencegahnya terjadinya longsor,dan terkadang sekian beribu hektar hutan akan menjadi satu cerita/ jalan sampai sampai tak bisa di lewati,
seperti halnya,di pentasan desa planjan,yang rumornya pernah terdengar seseorang yang sedang mencari rumput buat kambingnya namun,di tengah hutan pinus itu di temui seekor ular besar, 11042010120.jpg
iya itu bukan hal asing jika di tengah hutan yang jarang dan asing/ tak pernah di lalui orang,sehingga semak semak yang tingginya mencapai 2-3 meter,wajar jika se ekor ular besar menjadi tempat huninya,
kisah ini memang nyata, sekitar tahun yang lalu ada seorang bapa bapa entah itu dari desa mana,ane dengar dengan sriwing sriwing, hutan pinus di pentasan desa planjan ini ada sebagian yang sudah di tebang dan sudah siap di tanam generasi baru,dengan menanam phon pinus yang baru, hutan-pinus-b.jpg
namun ada beberapa pohon pinus yang susah untuk di lalui orang hingga pohon itu sudah begitu besar,dan tingginya pun sudah mencapai 50 meteranlebih,
Selintas saya kurang percaya namun setelah saya berkunjung ke pentasan desa planjan itu, iya hanya bisa terlihat begitu besar pohon pinus itu dan tinggi yang tidak bisa di lalui orang,
warga sehari hari biasa mencari rumput buat kambingnya di hutan itu namun hanya bagianyang dekat dengan jalan,
terdengarnya dahulu ada seornag pak tua yang sedang mencari rumput buat kambingnya ,tak tersa,berangsur angsur menaring rumput yang hijau tak terasa sudah sampai di pucuk gunung yang tidak pernah di lalui orang,setelah mendapat satu ikeat rumput,pak tua itu pn kaget setelah melihat se ekor ular besar membelit pohon pinus yang besar itu,
pak tua itupun langsung lari menuju jalan sehingga banyak semak berduri tak terasa ia terjang,
sesampai di jalan rumput itu hanya tersisa dua pohon jambu dari satu iket itu
karena saking takutnya ia pun lari menuju rumah sehingga ia syhok dan ia hanya diam,seperti orang pikun,,,,,
akhirnya di tanya oleh warga setempat katanya ia melihat seekor ular sebesar pohon kelapa,yang mbelilit pohon pinus,
setelah berbincang bincang dengan pak tua,
waktu pun sudah larut sore pada esok harinya pak tua itu tiba tiba diam seperti orang pingsan danbingun mata melotot seakan sedang merasakan shakaratul maut,
detik demi detik akhirnya pak tua itu meninggal setelah melihat ular,..
kisah ini memang nyata,,namun dari penajaga prihutani mnyelidiki namun tidak melihat ular itu,
namun terkadang ada yang melihat,ular itu memang sebesar pohon kelapa,
sampai sekarang pun masih penuh miteri entah itu nyata apa hanya ilusi belaka, sekian sob,,,,,